AMDAL
USAHA
PETERNAKAN SAPI POTONG
Disusun Oleh :
Haryo Wijoseno (3A411307)
Muammar Alamsyah (3A412169)
Budiyono (3A412166)
JURUSAN
TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
DEPOK
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup seyogyanya
menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta
keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup
sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin. Pola pemanfaatan sumberdaya
alam seharusnya dapat memberikan akses kepada segenap masyarakat, bukan
terpusat pada beberapa kelompok masyarakat dan golongan tertentu, dengan
demikian pola pemanfaatan sumberdaya alam harus memberi kesempatan dan peran
serta aktif masyarakat, serta memikirkan dampak–dampak yang timbul akibat
pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu
pemahaman dalam menganalisis mengenai dampak tehadap lingkungan pada pembuatan
lahan peternakan sapi.
Meningkatnya intensitas kegiatan peternakan sapi perlu
dikendalikan untuk mengurangi kadar kerusakan lingkungan di banyak daerah
antara lain pencemaran udara, pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan
teknis dan kesehatan, penggunaan bahan bakar yang tidak aman bagi lingkungan, dan
pengelolaan hutan yang mengabaikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
1.2 Tujuan
dan Manfaat
Uraikan
tujuan dan manfaat mengapa rencana usaha dan atau kegiatan peternakan sapi harus
dilaksanakan. Adapun uraian tujuan dan manfaat dari rencana usaha dan atau
kegiatan peternakan sapi adalah sebagai berikut:
1. Agar
kebutuhan daging sapi terpenuhi.
2. Agar
terciptanya lapangan pekerjaan bagi warga setempat.
1.3 Peraturan AMDAL
Menurut
peraturan daerah kota Depok nomor 22 tahun 2003 tentang izin usaha perikanan,
peternakan dan pemotongan hewan, serta peraturan menteri negara
lingkungan hidup nomor 11 tahun 2009 tentang baku mutu air limbah bagi usaha
dan atau kegiatan peternakan sapi dan babi. Peraturan tersebut menerangkan bahwa perizinan, syarat dan
dampak lingkungan bagi daerah setempat dalam membuat usaha dan atau kegiatan
peternakan. Dasar Peraturan
Penerapan AMDAL, UKL-UPL, SPPL, DPPL, DELH dan DPLH
adalah sebagai berikut :
a.
Undang-Undang
No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaah Lingkungan Hidup.
b.
Peraturan
Pemerinta No. 27 Tahun 2012 tentang izin Lingkungan.
c.
Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No.13 Tahun 2010 tentang UKL-UPL dan SPPL.
d.
Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No.11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha Kegiatan
yang Wajib AMDAL.
e.
Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No.14 Tahun 2010 tentang DELH dan DPLH yaitu
dokumen lingkungan hidup bagi kegiatan/usaha yang sudah operasional.
f.
Perwako
No.12 Tahun 2001 tentang Tata Cara Penyusunan dan Pengajuan UKL dan UPL serta
SPPL pada sektor Industri di Kota Batam.
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan
pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu
syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil
studi AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/kegiatan. AMDAL digunakan untuk
mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau
kegiatan.
BAB
II
RUANG
LINGKUP STUDI AMDAL
2.1 Prosedur Pelaksanaan AMDAL
Langkah awal yang harus
dilakukan pada pelaksanaan AMDAL adalah dengan membuat rencana kegiatan.
Rencana kegiatan di sini adalah inisialisasi dari kegiatan yang akan kita
laksanakan. Setelah merencanakan suatu kegiatan yang akan dilakukan kemudian
kita akan menganalisis dampak dari kegiatan yang akan kita lakukan, apakah
bebas dari AMDAL atau terkena AMDAL.
A. Bebas AMDAL
Apabila
hasil dari analisis ternyata kegiatan yang akan dilakukan bebas dari AMDAL,
maka langsung masuk kepada Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL). Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau
kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup). Atau juga UKL-UPL
Merupakan pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang
tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusantentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
B. Kerangka Acuan AMDAL
Apabila
hasil dari analisis ternyata tidak bebas dari AMDAL, maka langkah yang harus
ditempuh adalah dengan menyusun kerangka acuan AMDAL. Setelah mempersiapkan
kerangka acuan AMDAL, langkah selanjutnya adalah menyerahkannya kepada komisi
AMDAL di lingkungan setempat. Setelah menyerahkan kerangka acuan ke komisi
AMDAL kemudian dilakukan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL). Hasil dari RPL dan RKL ini dibawa kembali ke
komisi AMDAL untuk disetujui oleh Instansi yang bersangkutan sesuai dengan
keputusan Gubernur atau Menteri. Setelah semuanya selesai baru akan mendapatkan
ijin operasional tetap.. Berikut adalah gambar skema dari prosedur pelaksanaan
AMDAL :
2.2 Jenis-Jenis Sapi Potong
Jenis-jenis sapi potong
yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang
diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat
yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun
dari genetiknya (laju pertumbuhan). Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber
daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi
Madura. Selain itu juga sapi Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari
populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing
adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman. Sapi Bali berat badan mencapai
300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%. Sapi Aberdeen angus (Skotlandia)
bulu berwarna hitam, tidak bertanduk, bentuk tubuh rata seperti papan dan
dagingnya padat, berat badan umur 1,5 tahun dapat mencapai 650 kg, sehingga
lebih cocok untuk dipelihara sebagai sapi potong. Sapi Simental (Swiss)
bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan. Pada bagian
muka, lutut kebawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih.
Sapi Brahman (dari
India), banyak dikembangkan di Amerika. Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan
sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan
(rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek
sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk
serta tahan panas.
2.3 Manfaat
Memelihara sapi potong
sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi
juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat
digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena
termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi
dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga
menjadi lebih gembur dan subur.Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara
lain:
1.
Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi,
jaket.
2.
Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung
tulang dan garang kerajinan
3.
Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan
dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.
2.4 Persyaratan Lokasi
Lokasi yang ideal untuk
membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman
penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah
tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus
pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat
dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
2.5. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
2.5.1 Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat
dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki.
Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu
jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua
jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua
jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan. Pembuatan kandang untuk
tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas
ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi
ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar
sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus
diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai
terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi.
Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang
dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan
desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya. Ukuran kandang
yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5×2 m atau 2,5×2 m,
sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi cukup
1,5×1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di
sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk
pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan
beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan
perlengkapan kandang.
1. Konstruksi dan letak
kandang, konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk
kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih
tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar
kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah
mengalir ke luar lantai kandang tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah kayu
gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh
tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih.
Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh
kehabisan setiap saat. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak
minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang.
Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah
sawah/ladang.
2. Ukuran kandang sebelum
membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan
dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m.
Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor
anak sapi cukup 1,5×1 m.
3. Perlengkapan kandang
termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang
sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan
dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/
tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen
dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai. Dengan demikian kotoran
dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu
disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi.
Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar
dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.
2.5.2 Pembibitan
Syarat ternak yang harus
diperhatikan adalah:
1. Mempunyai tanda telinga,
artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
2. Matanya tampak cerah dan
bersih.
3. Tidak terdapat
tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar
lendir.
4. Kukunya tidak terasa
panas bila diraba.
5. Tidak terlihat adanya
eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
6. Tidak terdapat adanya
tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.
7. Tidak ada tanda-tanda
kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
8. Pusarnya bersih dan
kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur
kurang lebih dua hari.
Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi
yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok
serta banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging
adalah sebagai berikut:
1. tubuh dalam, besar,
berbentuk persegi empat/bola.
2. kualitas dagingnya
maksimum dan mudah dipasarkan.
3. laju pertumbuhannya
relatif cepat.
4. efisiensi bahannya
tinggi.
2.5.3 Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong
mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang
dalam pemeliharaan sapi adalah :
a. Melindungi sapi dari
hujan dan panas matahari.
b. Mempermudah perawatan
dan pemantauan.
c. Menjaga keamanan dan
kesehatan sapi.
Pakan merupakan sumber energi utama untuk
pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang
diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang
tersimpan dalam bentuk daging.
1. Sanitasi dan tindakan preventif
pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak
mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit
dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas.
2. Pemberian Pakan
Pada
umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa
pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang
memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian pakan dapat dilakukan
dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot
faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.
Penggembalaan
dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di
daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu
sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum
tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.
Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan
istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang,
sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10%
dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% – 2% dari berat badan. Ransum
tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu.
yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu,
dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi
dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan
istilah ransum.
Pemberian
pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman.
Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu hijauan
segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan,
kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk
pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun
lamtoro. Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan
dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering
adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa
digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak
mengandung serat kasar. Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara
singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang
akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil
dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat
antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.
3. Pemeliharaan Kandang
Kotoran
ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu)
dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi
tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya
berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan
dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat
pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak
atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat
permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai.
Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.
2.6 Hama dan Penyakit
1. Penyakit antraks
o
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung,
makanan/minuman atau pernafasan.
o
Gejala:
1. demam tinggi, badan
lemah dan gemetar;
2. gangguan pernafasan;
3. pembengkakan pada
kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul;
4. kadang-kadang darah
berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan
vagina;
5. kotoran ternak cair dan
sering bercampur darah;
6. limpa bengkak dan
berwarna kehitaman.
o
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi
yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
2.
Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
o
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air
kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
o
Gejala:
1. rongga mulut, lidah, dan
telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan
yang bening;
2. demam atau panas, suhu
badan menurun drastis;
3. nafsu makan menurun
bahkan tidak mau makan sama sekali;
4. air liur keluar berlebihan.
o
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati
secara terpisah.
3.
Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
o
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui
makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
o
Gejala:
1. kulit kepala dan selaput
lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan;
2. leher, anus, dan vulva
membengkak;
3. paru-paru meradang,
selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua;
4. demam dan sulit bernafas
sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati
dalam waktu antara 12-36 jam.
o
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
4. Penyakit radang kuku
atau kuku busuk (foot rot)
o
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang
basah dan kotor.
o
Gejala:
1. mula-mula sekitar celah
kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh;
2. kulit kuku mengelupas;
3. tumbuh benjolan yang
menimbulkan rasa sakit;
4. sapi pincang dan
akhirnya bisa lumpuh.
2.7 Dampak lingkungan bagi daerah
setempat
Suatu usaha
dan atau kegiatan pasti mempunyai dampak bagi lingkungan sekitarnya. Adapun
dampak postif dan negatif dari usaha dan atau kegiatan peternakan sapi potong.
Dampak positif
1.
Sarana jalan
Usaha dan atau kegiatan peternakan
ini membuat pemerintah daerah ingin ikut serta dalam pembangunan daerahnya,
maka pemerintah memperbaiki sarana jalan.
2.
Fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan ini diberikan
secara berkala apakah terdapat penyakit yang serius akibat dari usaha dan atau
kegiatan peternakan sapi.
3.
Pariwisata
Peternakan sapi dibangun pada daerah
yang masih asri, sehingga bagi warga sekitar yang ingin melihat dapat berwisata
dan belajar mengenai peternakan tersebut.
4.
Lapangan pekerjaan
Suatu usaha dan atau kegiatan yang
dilakukan harus memiliki sumber daya manusia untuk mengelola usaha dan atau
kegiatan tersebut. Oleh karena itu, peternakan sapi ini memilih warga sekitar
sebagai pekerjanya.
Dampak negatif
1.
Polusi udara
Polusi udara diakibatkan oleh
kotoran, darah, dan sisa-sisa dari pemotongan sapi dan mesin yang sedang
beroperasi.
2.
Polusi tanah
Polusi tanah diakibatkan pula oleh
darah yang di timbun dalam tanah, sehingga tanah tersebut tidak dapat
digunakan.
3.
Polusi perairan
Polusi perairan diakibatkan oleh
hasil pencucian dari pemotongan sapi.
4.
Kesehatan
Kesehatan diakibatkan oleh
polusi-polusi yang terjadi dan dalam penanganannya kurang dimasimalkan.
BAB III
METODE DAN PELASANA STUDI AMDAL
3.1 Pengendalian
Pengendalian
penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan
pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
1. Menjaga
kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
2.
Sapi yang sakit
dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
3.
Mengusakan lantai
kandang selalu kering.
4.
Memeriksa kesehatan sapi
secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
3.2 Prinsip Teknis
Ada
beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar
diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
1. Ternak
sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan
2. Ternak
sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari
daging.
3. Pemotongan
ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak
diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
4. Semua
proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis
mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
3.3 Pemrakasa
Nama
dan alamat lengkap instansi atau perusahaan sebagai pemrakarsa rencana usaha
dan/atau kegiatan.
Nama : Haryo Wijoseno
Alamat : Jalan Garuda Putra 2
No.15 RT12 RW14. Cimanggis - Depok
Nama dan alamat lengkap penanggung jawab pelaksanaan
rencana usaha dan atau kegiatan.
Nama : Ilham Syafrudin
Alamat : Jalan Sukatani no. 46
RT 01 RW 03. Sawangan – Depok
3.4 Penyusun
studi AMDAL
Pada bagian ini dicantumkan nama dan alamat lengkap
lembaga/perusahaan, nama dan alamat lengkap penanggung jawab penyusun AMDAL,
nama dan keahlian dari masing-masing anggota penyusun AMDAL. Perlu diketahui
bahwa Ketua tim penyusun studi AMDAL harus bersertifikat AMDAL Penyusun dan
sesuai ketentuan yang berlaku, sedangkan anggota tim penyusun lainnya harus
mempunyai keahlian yang sesuai dengan lingkup studi AMDAL yang akan dilakukan.
3.5 Waktu
studi
Pada bagian ini diungkapkan jangka waktu pelaksanaan
studi ANDAL sejak tahap persiapan hingga penyerahan laporan ke instansi yang
bertanggung jawab. Waktu yang dibutuhakan untuk studi AMDAL dalam usaha dan
atau kegiatan peternakan sapi potong adalah 2 bulan.